Total Tayangan Halaman

Selasa, 26 Oktober 2010

MENDIDIK ANAK TAAT SYARIAH

Oleh: Ummu Azkiya

Menjadi orangtua pada zaman globalisasi saat ini tidak mudah. Apalagi jika orangtua mengharapkan anaknya tidak sekadar menjadi anak yang pintar, tetapi juga taat dan salih. Menyerahkan pendidikan sepenuhnya kepada sekolah tidaklah cukup. Mendidik sendiri dan membatasi pergaulan di rumah juga tidak mungkin. Membiarkan mereka lepas bergaul di lingkungannya cukup berisiko. Lalu, bagaimana cara menjadi orangtua yang bijak dan arif untuk menjadikan anak-anaknya taat pada syariah?

Asah Akal Anak untuk Berpikir yang Benar
Hampir setiap orangtua mengeluhkan betapa saat ini sangat sulit mendidik anak. Bukan saja sikap anak-anak zaman sekarang yang lebih berani dan agak ‘sulit diatur’, tetapi juga tantangan arus globalisasi budaya, informasi, dan teknologi yang turut memiliki andil besar dalam mewarnai sikap dan perilaku anak.
“Anak-anak sekarang beda dengan anak-anak dulu. Anak dulu kan takut dan segan sama orangtua dan guru. Sekarang, anak berani membantah dan susah diatur. Ada saja alasan mereka!”
Begitu rata-rata komentar para orangtua terhadap anaknya. Yang paling sederhana, misalnya, menyuruh anak shalat. Sudah jamak para ibu ngomel-ngomel, bahkan sambil membentak, atau mengancam sang anak agar mematikan TV dan segera shalat. Di satu sisi banyak juga ibu-ibu yang enggan mematikan telenovela/sinetron kesayangannya dan menunda shalat. Fenomena ini jelas membingungkan anak.
Pandai dan beraninya anak-anak sekarang dalam berargumen untuk menolak perintah atau nasihat, oleh sebagian orangtua atau guru, mungkin dianggap sebagai sikap bandel atau susah diatur. Padahal bisa jadi hal itu karena kecerdasan atau keingintahuannya yang besar membuat dia menjawab atau bertanya; tidak melulu mereka menurut dan diam (karena takut) seperti anak-anak zaman dulu.
Dalam persoalan ini, orangtua haruslah memperhatikan dua hal yaitu: Pertama, memberikan informasi yang benar, yaitu yang bersumber dari ajaran Islam. Informasi yang diberikan meliputi semua hal yang menyangkut rukun iman, rukun Islam dan hukum-hukum syariah. Tentu cara memberikannya bertahap dan sesuai dengan kemampuan nalar anak. Yang penting adalah merangsang anak untuk mempergunakan akalnya untuk berpikir dengan benar. Pada tahap ini orangtua dituntut untuk sabar dan penuh kasih sayang. Sebab, tidak sekali diajarkan, anak langsung mengerti dan menurut seperti keinginan kita. Dalam hal shalat, misalnya, tidak bisa anak didoktrin dengan ancaman, “Pokoknya kalau kamu nggak shalat dosa. Mama nggak akan belikan hadiah kalau kamu malas shalat!”
Ajak dulu anak mengetahui informasi yang bisa merangsang anak untuk menalar mengapa dia harus shalat. Lalu, terus-menerus anak diajak shalat berjamaah di rumah, juga di masjid, agar anak mengetahui bahwa banyak orang Muslim yang lainnya juga melakukan shalat.
Kedua, jadilah Anda teladan pertama bagi anak. Ini untuk menjaga kepercayaan anak agar tidak ganti mengomeli Anda—karena Anda hanya pintar mengomel tetapi tidak pintar memberikan contoh.
Terbiasa memahami persoalan dengan berpatokan pada informasi yang benar adalah cara untuk mengasah ketajaman mereka menggunakan akalnya. Kelak, ketika anak sudah sempurna akalnya, kita berharap, mereka mempunyai prinsip yang tegas dan benar; bukan menjadi anak yang gampang terpengaruh oleh tren pergaulan atau takut dikatakan menjadi anak yang tidak ‘gaul’.

Tanamkan Akidah dan Syariah Sejak Dini
Menanamkan akidah yang kokoh adalah tugas utama orangtua. Orangtualah yang akan sangat mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya sendi-sendi agama dalam diri anak. Rasulullah saw. bersabda:

Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Ibu dan bapaknyalah yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi. (HR al-Bukhari).

Tujuan penanaman akidah pada anak adalah agar si anak mengenal betul siapa Allah. Sejak si bayi dalam kandungan, seorang ibu bisa memulainya dengan sering bersenandung mengagungkan asma Allah. Begitu sudah lahir, orangtua mempunyai kesempatan untuk membiasakan si bayi mendengarkan ayat-ayat al-Quran. Pada usia dini anak harus diajak untuk belajar menalar bahwa dirinya, orangtuanya, seluruh keluarganya, manusia, dunia, dan seluruh isinya diciptakan oleh Allah. Itu sebabnya mengapa manusia harus beribadah dan taat kepada Allah.
Lebih jauh, anak dikenalkan dengan asma dan sifat-sifat Allah. Dengan begitu, anak mengetahui betapa Allah Mahabesar, Mahaperkasa, Mahakaya, Mahakasih, Maha Melihat, Maha Mendengar, dan seterusnya. Jika anak bisa memahaminya dengan baik, insya Allah, akan tumbuh sebuah kesadaran pada anak untuk senantiasa mengagungkan Allah dan bergantung hanya kepada Allah. Lebih dari itu, kita berharap, dengan itu akan tumbuh benih kecintaan anak kepada Allah; cinta yang akan mendorongnya gemar melakukan amal yang dicintai Allah.
Penanaman akidah pada anak harus disertai dengan pengenalan hukum-hukum syariah secara bertahap. Proses pembelajarannya bisa dimulai dengan memotivasi anak untuk senang melakukan hal-hal yang dicintai oleh Allah, misalnya, dengan mengajak shalat, berdoa, atau membaca al-Quran bersama.
Yang tidak kalah penting adalah menanamkan akhlâq al-karîmah seperti berbakti kepada orangtua, santun dan sayang kepada sesama, bersikap jujur, berani karena benar, tidak berbohong, bersabar, tekun bekerja, bersahaja, sederhana, dan sifat-sifat baik lainnya. Jangan sampai luput untuk mengajarkan itu semua semata-mata untuk meraih ridha Allah, bukan untuk mendapatkan pujian atau pamrih duniawi.

Kerjasama Ayah dan Ibu
Tentu saja, anak akan lebih mudah memahami dan mengamalkan hukum jika dia melihat contoh real pada orangtuanya. Orangtua adalah guru dan orang terdekat bagi si anak yang harus menjadi panutan. Karenanya, orangtua dituntut untuk bekerja keras untuk memberikan contoh dalam memelihara ketaatan serta ketekunan dalam beribadah dan beramal salih. Insya Allah, dengan begitu, anak akan mudah diingatkan secara sukarela.
Keberhasilan mengajari anak dalam sebuah keluarga memerlukan kerjasama yang kompak antara ayah dan ibu. Jika ayah dan ibu masing-masing mempunyai target dan cara yang berbeda dalam mendidik anak, tentu anak akan bingung, bahkan mungkin akan memanfaatkan orangtua menjadi kambing hitam dalam kesalahan yang dilakukannya. Ambil contoh, anak yang mencari-cari alasan agar tidak shalat. Ayahnya memaksanya agar shalat, sementara ibunya malah membelanya. Dalam kondisi demikian, jangan salahkan anak jika dia mengatakan, “Kata ibu boleh nggak shalat kalau lagi sakit. Sekarang aku kan lagi batuk, nih…”

Peran Lingkungan, Keluarga, dan Masyarakat
Pendidikan yang diberikan oleh orangtua kepada anak belumlah cukup untuk mengantarkan si anak menjadi manusia yang berkepribadian Islam. Anak juga membutuhkan sosialisasi dengan lingkungan tempat dia beraktivitas, baik di sekolah, sekitar rumah, maupun masyarakat secara luas.
Di sisi inilah, lingkungan dan masyarakat memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Masyarakat yang menganut nilai-nilai, aturan, dan pemikiran Islam, seperti yang dianut juga oleh sebuah keluarga Muslim, akan mampu mengantarkan si anak menjadi seorang Muslim sejati.
Potret masyarakat sekarang yang sangat dipengaruhi oleh nilai dan pemikiran materialisme, sekularisme, permisivisme, hedonisme, dan liberalisme merupakan tantangan besar bagi keluarga Muslim. Hal ini yang menjadikan si anak hidup dalam sebuah lingkungan yang membuatnya berada dalam posisi dilematis. Di satu sisi dia mendapatkan pengajaran Islam dari keluarga, namun di sisi lain anak bergaul dalam lingkungan yang sarat dengan nilai yang bertentangan dengan Islam.
Tarik-menarik pengaruh lingkungan dan keluarga akan mempengaruhi sosok pribadi anak. Untuk mengatasi persoalan ini, maka dakwah untuk mengubah sistem masyarakat yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam mutlak harus di lakukan. Hanya dengan itu akan muncul generasi Islam yang taat syariah. Insya Allah. []

BOX:

Sembilan Tips Mendidik Anak Taat Syariah
Tumbuhkan kecintaan pertama dan utama kepada Allah.
Ajak anak Anda mengidolakan pribadi Rasulullah.
Ajak anak Anda terbiasa menghapal, membaca, dan memahami al-Quran.
Tanamkan kebiasaan beramal untuk meraih surga dan kasih sayang Allah.
Siapkan reward (penghargaan) dan sakgsi yang mendidik untuk amal baik dan amal buruknya.
Yang terpenting, Anda menjadi teladan dalam beribadah dan beramal salih.
Ajarkan secara bertahap hukum-hukum syariah sebelum usia balig.
Ramaikan rumah, mushola, dan masjid di lingkungan Anda dengan kajian Islam, dimana Anda dan anak Anda berperan aktif.
Ajarkan anak bertanggung jawab terhadap kewajiban-kewajiban untuk dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan dakwah Islam. []

Al Waie edisi 64

TEKNIK BERCERITA UNTUK ANAK USIA DINI Kak Bimo Master Dongeng Indonesia

Kata Pengantar
Ada suatu ungkapan yang berbunyi ”Seorang Guru yang tidak bisa bercerita, ibarat orang yang hidup tanpa kepala”. Betapa tidak, bagi para pengasuh anak-anak (guru, tutor) keahian bercerita merupakan salah satu kemampuan yang wajib dikuasai. Melalui metode bercerita inilah para pengasuh mampu menularkan pengetahuan dan menanamkan nilai budi pekerti luhur secara efektif, dan anak-anak menerimanya dengan senang hati.
Pada saat ini begitu banyak cerita yang tersebar, namun masih jarang tulisan dari para praktisi ahli cerita , yang mampu mengarahkan secara khusus untuk ditujukan kepada anak-anak usia dini, sehingga penceritaan yang disampaikan kurang mengena. Apalagi model cerita yang secara khusus didasarkan pada material kurikulum pengajaran di TPA/KB/RA/BA/TK yang berlaku. Padahal panduan praktis semacam ini sangat dibutuhkan oleh tenaga pendidik di seluruh Nusantara. Pada umumnya mereka masih terbatas pengetahuannya tentang metode bercerita.
Tulisan ini kami susun dengan maksud agar menjadi salah satu bahan pengayaan ketrampilan mendidik anak, bagi para pendidik anak usia dini dalam kegiatan kepengasuhan yang mereka lakukan .
PENDAHULUAN
Di Inggris konon pernah diadakan penyebaran angket kepada orang-orang dewasa. Kepada mereka ditanyakan pada saat apa mereka benar-benar merasa bahagia di masa kanak-kanak dulu. Jawaban mereka : “Pada saat orang tua mereka membacakan buku atau Cerita” Apabila pertanyaan yang sama diajukan kepada orang-orang dewasa di Indonesia, kiranya jawaban tak akan jauh berbeda. Bahkan, khusus mengenai cerita, sampai orang dewasapun masih tetap menggemarinya. Tengoklah obrolan kita juga akan semakin ‘renyah’ bila kita saling bercerita dengan penuh semangat. Cerita memang ‘gurih’. Semua orang tak pandang usia, menyukainya.
Bercerita adalah metode komunikasi universal yang sangat berpengaruh kepada jiwa manusia. Bahkan dalam teks kitab sucipun banyak berisi cerita-cerita. Tuhan mendidik jiwa manusia menuju keimanan dan kebersihan rohani, dengan mengajak manusia berfikir dan merenung, menghayati dan meresapi pesan-pesan moral yang terdapat dalam kitab suci, Beliau mengetahui akan jiwa manusia, mengetuk hati manusia antara lain dengan cerita-cerita. Karena metode ini sangat efektif untuk mempengaruhi jiwa anak-anak.
Mengapa metode cerita ini efektif ? jawabannya tidak sulit. Pertama, cerita pada umumnya lebih berkesan daripada nasehat murni, sehingga pada umumnya cerita terekam jauh lebih kuat dalam memori manusia. Cerita-cerita yang kita dengar dimasa kecil masih bisa kita ingat secara utuh selama berpuluh-puluh tahun kemudian. Kedua, melalui cerita manuasi diajar untuk mengambil hikmah tanpa merasa digurui. Memang harus diakui, sering kali hati kita tidak merasa nyaman bila harus diceramahi dengan segerobak nasehat yang berkepanjangan.
Pengertian Cerita, Dongeng dan Metode Bercerita
Cerita adalah rangkaian peristiwa yang disampaikan, baik berasal dari kejadian nyata (non fiksi) ataupun tidak nyata (fiksi).
Kata Dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutr tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu dongeng”.
Metode Bercerita berarti penyampaian cerita dengan cara bertutur. Yang membedakan anatara bercerita dengan metode penyampaian cerita lain adalah lebih menonjol aspek teknis penceritaan lainnya. Sebagaimana phantomin yang lebih menonjolkan gerak dan mimik, operet yang lebih menonjolkan musik dan nyanyian, puisi dan deklamasi yang lebih menonjolkan syair, sandiwara yang lebih menonjol pada permainan peran oleh para pelakunya, atau monolog (teater tunggal) yang mengoptimalkan semuanya. Jadi tegasnya metode bercerita lebih menonjolkan penuturan lisan materi cerita dibandingkan aspek teknis yang lainnya.
Manfaat Cerita
Menurut para ahli pendidikan, bercerita kepada anak-anak memiliki beberapa fungsi yang amat penting, yaitu:
1.Membangun kedekatan emosional antara pendidik dengan anak
2. Media penyampai pesan/nilai mora dan agama yang efektif
3. Pendidikan imajinasi/fantasi
4. Menyalurkan dan mengembangkan emosi
5. Membantu proses peniruan perbuatan baik tokoh dalam cerita
6.Memberikan dan memperkaya pengalaman batin
7. Sarana Hiburan dan penarik perhatian
8. Menggugah minat baca
9. Sarana membangun watak mulia
BERCERITA UNTUK ANAK USIA DINI
Sebelum bercerita, pendidik harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-anak usia dini. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
1. Pemilihan Tema dan judul yang tepat
Bagaimana cara memilih tema cerita yang tepat berdasarkan usia anak? Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia, misalnya;
a.sampai ada usia 4 tahun, anak menyukai dongeng fabel dan horor, seperti: Si wortel, Tomat yang Hebat, Anak ayam yang Manja, kambing Gunung dan Kambing Gibas, anak nakal tersesat di hutan rimba, cerita nenek sihir, orang jahat, raksasa yang menyeramkan dan sebagainya.
b.Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya
c.Pada usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya
2. Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut;
a.Sampai usia 4 tahun, waktu cerita hingga 7 menit
b.Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
c.Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris.
3. Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
PRAKTEK BERCERITA
1.Teknik Bercerita
Pendidik perlu mengasah keterampilannya dalam bercerita, baik dalam olah vokal, olah gerak, bahasa dan komunikasi serta ekspresi. Seorang pencerita harus pandai-pandai mengembangkan berbagai unsur penyajian cerita sehingga terjadi harmoni yang tepat.
Secara garis besar unsur-unsur penyajian cerita yang harus dikombinasikan secara proporsional adalah sebagai berikut : (1) Narasi (2) Dialog (3) Ekspresi (terutama mimik muka) (4) Visualisasi gerak/Peragaan (acting) (5) Ilustrasi suara, baik suara lazim maupun suara tak lazim (6) Media/alat peraga (bila ada) (7) Teknis ilustrasi lainnya, misalnya lagu, permainan, musik, dan sebagainya.
2. Mengkondisikan anak
Tertib merupakan prasyarat tercapainya tujuan bercerita. Suasana tertib harus diciptakan sebelum dan selama anak-anak mendengarkan cerita. Diantaranya dengan cara-cara sebagai berikut:
a.Aneka tepuk: seperti tepuk satu-dua, tepuk tenang, anak sholeh dan lain-lain. Contoh;
Jika aku (tepuk 3x)
sudah duduk (tepuk 3x)
maka aku (tepuk 3x)
harus tenang (tepuk 3x)
sst…sst..sst…
b.Simulasi kunci mulut: Pendidik mengajak anak-anak memasukkan tangannya ke dalam saku, kemudian seolah-olah mengambil kunci dari saku, kemudian mengunci mulut dengan kunci tersebut, lalu kunci di masukkan kembali ke dalam saku
c.“Lomba duduk tenang”, Kalimat ini diucapkan sebelum cerita disampaikan, ataupun selama berlangsungnya cerita. Teknik ini cukup efektif untuk menenangkan anak, Apabila cara pengucapannya dengan bersungguh-sungguh, maka anak-anak pun akan melakukannya dengan sungguh-sungguh pula.
d.Tata tertib cerita, sebelum bercerita pendidik menyampaikan aturan selama mendengarkan cerita, misalnya; tidak boleh berjalan-jalan, tidak boleh menebak/komentari cerita, tidak boleh mengobrol dan mengganggu kawannya dengan berteriak dan memukul meja. Hal ini dilakukan untuk mencegah anak-anak agar tidak melakukan aktifitas yang mengganggu jalannya cerita
e.Ikrar, Pendidik mengajak anak-anak untuk mengikrarkan janji selama mendengar cerita, contoh:
Ikrar..!
Selama cerita, Kami berjanji
1.Akan duduk rapi dan tenang
2.Akan mendengarkan cerita dengan baik
f. Siapkan hadiah!, secara umum anak-anak menyukai hadiah. Hadiah men dorong untuk anak-anak untuk mendapatkannya, meskipun harus menahan diri untuk tidak bermain dan berbicara. Bisa saja kita memberikan hadiah imajinatif seperti makanan, binatang kesayangan, balon yang seolah-olah ada di tangan dan diberikan kepada anak, tentu saja diberikan kepada anak-anak yang sudah akrab dengan kita, seringkali teknik ini menimbulkan kelucuan tersendiri.
3. Teknik membuka Cerita
”Kesan pertama begitu menggoda selanjutnya ….terserah anda”, Kalimat yang mengingatkan kita pada salah satu produk yang diiklankan. Hal ini mengingatkan pula betapa pentingnya membuka suatu cerita dengan sesuatu cara yang menggugah. Mengapa harus menggugah minat? Karena membuka cerita merupakan saat yang sangat menentukan, maka membutuhkan teknik yang memiliki unsur penarik perhatian yang kuat, diantaranya dapat dilakukan dengan:
Pernyataan kesiapan : “Anak-anak, hari ini, Ibu telah siapkan sebuah cerita yang sangat menarik…” dan seterusnya.
Potongan cerita: “Pernahkah kalian mendengar, kisah tentang seorang anak yang terjebak di tengah banjir?, kemudian terdampar di tepi pantai…?”
Sinopsis (ringkasan cerita), layaknya iklan sinetron “Cerita bu Guru hari ini adalah cerita tentang “seorang anak kecil pemberani, yang bertempur melawan raja gagah perkasa perkasa ditengah perang yang besar” (kisah nabi Daud) mari kita dengarkan bersama-sama !
Munculkan Tokoh dan Visualisasi “ dalam cerita kali ini, ada 4 orang tokoh penting…yang pertama adalah seorang anak yang jago main karate, ia tak takut dengan siapapun…namanya Adiba, yang kedua adalah seorang ketua gerombolan penjahat yang bernama Somad, badannya tinggi besar dan bila tertawa..iiih mengerikan karena sangat keras”…HA. HA..HA..HA..HA”, Somad memiliki golok yang sangat besar, yang ketiga seorang guru yang bernama Umar, wajahnya cerah dan menyenangkan…dan seterusnya.
Pijakan (setting) tempat “Di sebuah desa yang makmur…”, “Di pinggir pantai..” “Di tengah Hutan…” “Ada sebuah kerajaan yang bernama ..” “Di sebuah Pesantren…” dan lain-lain.
Pijakan (setting) waktu, “Jaman dahulu kala…” “Jaman pemerintahan raja mataram …” ”Tahun 2045 terjadi sebuah tabrakan komet…” “Pada suatu malam…” “Suatu hari…” dan lain-lain.
Ekspresi emosi: Adegan orang marah, menangis, gembira, berteriak-teriak dan lain-lain.
Musik & Nyanyian “Di sebuah negeri angkara murka, dimulai cerita…(kalimat ini dinyanyikan), atau ambillah sebuah lagu yang popular, kemudian gantilah syairnya dengan kalimat pembuka sebuah cerita.
Suara tak Lazim atau ”Boom” ! : Pendidik dapat memulai cerita dengan memunculkan berbagai macam suara seperti; suara ledakan, suara aneka binatang, suara bedug, tembakan dan lain-lain.
4. Menutup Cerita dan Evaluasi
a.Tanya jawab seputar nama tokoh dan perbuatan mereka yang harus dicontoh maupun ditinggalkan.
b.Doa khusus memohon terhindar dari memiliki kebiasaan buruk seperti tokoh yang jahat, dan agar diberi kemampuan untuk dapat meniru kebaikan tokoh yang baik.
c.Janji untuk berubah; Menyatakan ikrar untuk berubah menjadi lebih baik, contoh “Mulai hari ini, Aku tak akan malas lagi, aku anak rajin dan taat kepada guru!”
d.Nyanyian yang selaras dengan tema, baik berasal dari lagu nasional, popular maupun tradisional
e.Menggambar salah satu adegan dalam cerita. Setelah selesai mendengar cerita, teknik ini sangat baik untuk mengukur daya tangkap dan imajinasi anak.
5. Penanganan Keadaan Darurat
Apabila saat bercerita terjadi keadaan yang mengganggu jalannya cerita, pendidik harus segera tanggap dan melakukan tindakan tertentu untuk mengembalikan keadaan, dari kondisi yang buruk kepada kondisi yang lebih baik (tertib). Adapun kasus-kasus yang paling sering terjadi adalah:
a.Anak menebak cerita. Penanganan: Ubah urutan cerita atau kreasikan alur cerita
b.Anak mencari perhatian. penanganan: sampaikan kepada anak tersebut bahwa kita dan teman-temannya terganggu, kemudian mintalah anak tersebut untuk tidak mengulanginya.
c.Anak mencari kekuasaan. Penanganan: Pendidik lebih mendekat secara fisik dan lebih sering melakukan kontak mata dengan hangat.
d.Anak gelisah. Penanganan: Pendidik lebih dekat secara fisik dan lebih sering melakukan kontak mata dengan hangat, kemudian mengalihkan perhatiannya kepada aktivitas bersama seperti tepuk tangan dan penyanyi yang mendukung penceritaan.
e.Anak menunjukkan ke tidak puasan. Penanganan: Pendidik membisikkan ke telinga anak tersebut dengan hangat ”Adik anak baik, Ibu makin sayang jika adik duduk lebih tenang”
f.Anak-anak kurang kompak. Pananganan: pendidik lebih variatif mengajak tepuk tangan maupun yel-yel.
g.Kurang taat pada aturan atau tata tertib. Penanganan: Pendidik mengulangi dengan sungguh-sungguh tata tertib kelas.
h.Anak protes minta ganti cerita. Penanganan: Katakanlah ”Hari ini ceritanya adalah ini, cerita yang engkau inginkan akan Ibu sampaikan nanti”.
i.Anak menangis. Penanganan: Mintalah orang tua atau pengasuh lainnya membawa keluar.
j.Anak berkelahi. Penanganan: Pisahkan posisi duduk mereka jangan terpancing untuk menyelesaikan masalahnya, namun tunggu setelah selesai cerita
k.Ada tamu. Penanganan: Berikan isyarat tangan kepada tamu agar menunggu, kemudian cerita diringkas untuk mempercepat penyelesaiannya
Suasana cerita sangat ditentukan oleh ketrampilan bercerita pendidik dan hubungan emosional yang baik antara pendidik dengan anak-anak. Beberapa kasus di atas hanyalah sebagian contoh yang sering muncul saat seorang pendidik bercerita, jadi penanganannya bisa disesuaikan dengan situasi dan kondisi serta kreativitas pendidik.
6. Media dan Alat bercerita
Berdasarkan cara penyajiannya, bercerita dapat disampaikan dengan alat peraga maupun tanpa alat peraga (dirrect story). Sedangkan bercerita dengan alat peraga tersebut dibedakan menjadi peraga langsung (membawa contoh langsung:kucing dsb) maupun peraga tidak langsung (boneka, gambar, wayang dsb). Agar bercerita lebih menarik dan tidak membosankan, pendidik disarankan untuk lebih variatif dalam bercerita, adakalanya mendongeng secara langsung, panggung boneka, papan flanel, slide, gambar seri, membacakan cerita dan sebagainya.sehingga kegiatan bercerita tidak menjemukan.
PENUTUP
Untuk dapat menguasai aspek-aspek keterampilan teknis dari penyajian cerita diatas, tentu membutuhkan persiapan yang matang. Selain itu, kemampuan dalam bercerita agar dapat memunculkan berbagai unsur diatas, dan tersaji secara padu, hanya dapat dikuasai dengan pengalaman dan latihan-latihan yang tekun. Bercerita memang salah satu bagian dari keterampilan mengajar. Sebagai sebuah keterampilan, penguasaannya tidak cukup hanya dengan memahami ilmunya secara teoritik saja. Yang lebih penting dari itu adalah keberanian dan ketekunan dalam mencobanya secara langsung. Itulah sebabnya, latihan-latihan tertentu yang rutin sangat dibutuhkan. Yang jelas, keterampilan teknis bercerita hanya dapat dikembangkan melalui latihan dan pengalaman praktek bercerita. Akhirnya….SELAMAT BERCERITA!
Contoh cerita
AKIBAT TIDAK PATUH PADA NASEHAT
Membuka cerita
1.Adakan tanya jawab dengan anak-anak, tentang tumbuhan dan binatang apa saja yang ada di dalam laut, baik dari pengamatan langsung maupun film dokumenter.
2.Simulasi : Anak-anak menjadi batu karang yang tenang.
Tersebutlah kisah seekor anak ikan badut dan induknya yang berwarna belang-belang kuning dan putih. Mereka sedang berenang dalam lautan. Sambil berenang, induk ikan mengajarkan anak kesayangannya bagaimana cara menjaga keselamatan diri dalam kehidupan di laut. “nak, Ibu akan jelaskan keadaan bahaya apa saja yang akan selalu kita hadapi.
Penutur cerita : memunculkan suara air, gelembung dan ombak.
Anak ikan bertanya, “bunda masih banyakkah yang belum ananda ketahui?”.
Penutur cerita:
1.Bersuara kecil dan ketus
2.Gerak dan ekspresi; berputar-putar menjelajahi panggung cerita, dengan riang dan bergerak bebas.
Induk ikan berkata, “wahai anakku yang kukasihi ada hal yang sangat penting yang akan ibu sampaikan…..para ikan yang pandai dan berpengalaman, selalu memberitahukan kepada seluruh warga laut adanya suatu bahaya besar. Ibu berharap ananda memperhatikan apa yang ingin ibu katakan. Suatu hari nanti ananda akan diuji godaan-godaan yang menipumu. Ananda akan berjumpa seekor cacing yang sungguh enak…dan diujungnya ditusuk oleh mata kail serta diikat pada tali yang tidak tampak oleh mata biasa.
Cacing itu sungguh menggiurkan dan lezat sehingga ananda tidak berpikir tentang apapun kecuali ingin menikmati makanan tersebut.Tetapi ananda harus ingat cacing itu adalah tipu muslihat manusia yang akan menculik ananda ke alam lain yang penuh sengsara.”
Penutur cerita :
1. Suara besar, halus, cemas
2. Gerak berputar menjelajahi panggung, dengan mata focus ke titik tertentu ( posisi anak ikan )
3. Alat bantu selendang sebagai sirip.
“Alam apa itu ibu?” Tanya anak ikan
Penutur cerita: kurang memperhatikan
“Jika ananda masuk ke perangkap manusia itu,leher nanda akan ditarik oleh besi yang melengkung tajam dan ananda akan merasa kesakitan saat mulut ananda terkait. Kemudian manusia akan menarik ananda ke permukaan laut, ananda akan dicampakkan seperti sampah di perahu mereka dan ananda akan merasa panas karena ananda bukan lagi dikelilingi oleh air laut tetapi oleh udara.
Penutur cerita : Peragakan ekspresi ketakutan, adegan ditarik dengan pancingan, ketegangan saat mengalami kebutaan.
Kemudian mereka akan membawa ananda ke pasar dan menjual ananda. Manusia akan menusuk-nusuk badan ananda sebelum ada yang membawa ke rumah mereka.
Penutur cerita : menggambarkan kebengisan nelayan dan pembeli ikan di pasar.
“Siksaan mereka belum selesai. Manusia itu mengiris daging, memberi garam. Aduh pedihnya ! Ibu tidak dapat bayangkan.”, kata induk ikan sambil tunduk ketakutan. “Setelah dibolak-balikan, ananda akan melihat minyak yang panas, percikannya akan menghancurkan kulit ananda yang halus. Kemudian manusia akan memasukkan ananda ke dalam minyak yang panas itu, sehingga daging dan kulit ananda hancur berubah warna.”
Penutur memperagakan ikan yang kepanasan serta teriakan-teriakan yang sangat kepanasan.
“Akhirnya, ananda akan dimakan oleh manusia yang tidak mengenal belas kasihan. Semua siksaan itu berawal dari godaan cacing tadi. Ibu berpesan agar ananda ingat dan berhati-hati di laut lepas ini.”
Penutur memperagakan seorang laki-laki rakus sedang makan ikan dan hanya tersisa tulangnya saja. Juga memperagakan ulah ketakutan induk ikan dengan tertunduk dan menangis tersedu-sedu.
Anak ikan hanya mengangguk-anggukan kepalanya, dalam hatinya masih tidak yakin karena belum pernah ketemu cacing yang seperti itu. “Ah, ibu penakut, dikiranya aku ini bodoh dan tidak bias mengurus diriku sendiri.”
Penutur cerita memperagakan anak ikan berjalan bolak-balik dengan riang dan ekspresi angkuh.
Suatu hari, anak ikan ini bermain-main dengan teman-temannya. Mereka melihat seekor cacing yang tampak besar dan menggiurkan.
Penutur menggambarkan dan mengekspresikan secara dramatis, dengan gerakan tangan dan tubuh yang menggambarkan betapa besar dan lezatnya cacing tersebut.
Semua ikan-ikan itu, telah mendengar cerita dari orangtua masing-masing, cuma baru sekarang melihatnya sendiri. Masing-masing menolak satu sama lain dan saling melarang temannya agar tidak pergi memakan cacing itu.
Penutur memperagakan adegan saling dorong-mendorong, tarik-menarik antara ikan yang ingin makan cacing dan ikan yang ketakutan.
“Akhirnya, si anak ikan yang tidak yakin dengan cerita ibunya tadi, berkata : “ah, masak benar kata-kata ibuku, makanannya selezat ini tidak akan mendatangkan apa- apa kecuali perut akan kenyang.
Penutur memperagakan kesombongan anak ikan saat berenang mendekati cacing dengan angkuhnya.
Setelah anak ikan itu membuka mulutnya lebar-lebar, dan dengan rakusnya ia makan cacing itu. Tiba-tiba, mulut dan lehernya terasa kesakitan sekali. Setelah berusaha keras mempelepaskan diri, si anak ikan tadi menyesal dan sedih, karena sekarang dia tahu apa yang dikatakannya ibunya memang benar. Tetapi segalanya, sudah terlambat, karena dia tidak patuh pada nasehat ibunya.
Penutur memperagakan usaha melepaskan mata cacing dari leher, teriakan meminta tolong dan kepanikan penuh penyesalan.


Abdullah Nashih mengemukakan ada tiga tahapan dalam pendidikan anak. Pertama adalah al qudwah atau contoh teladan. Anak yang diibaratkan sebagai kertas yang masih polos hanya tinggal diwarnai oleh kita sendiri dengan apa yang kita contohkan kepada mereka. Anak ibarat mesin fotokopi yang meniru dan meniru. Maka berilah mereka contoh yang baik. Dari keseharian kita baik ucapan, penampilan dan tingkah laku akan mempengaruhi mereka. Dan berilah mereka teladan yang baik dengan mengenalkan mereka kepada sosok Rasulullah, karena dalam diri Rasul terdapat teladan yang baik. Ceritakan kepada mereka kisah-kisah Nabi, sahabat yang penuh dengan sifat yang bisa ditiru. Maka sebagai guru TPA kita harus mengusai materi, pandai bercerita dan pandai menyanyi untuk menarik perhatian anak.
Kedua adalah al adha atau pembiasaan yang baik. Kebanyakan orang hafal atau terbiasa melakukan sesuatu itu ketika masih kecil sudah dibiasakan untuk menghafal atau melakukan sesuatu. Karena kebiasaan sejak kecil lebih dapat terekam dengan baik. Maka biasakanlah anak-anak kita dengan kebiasaan yang baik sesuai dengan contoh teladan. Banyak ulama–ulama besar yang menguasai ilmunya ketika masih kecil dan saat dewasa hanya tinggal menambah dan memperdalam. Berbeda dengan ketika orang sudah dewasa baru menuntut ilmu, akan lebih sulit untuk memahami ilmu tersebut.
Ketiga adalah al mauidhoh atau pemahaman. Beri mereka pemahaman atau alasan ketika anak harus melakukan atau dilarang melakukan suatu hal. Karena dengan alasan dan pemahaman anak akan mengerti.
Keempat adalah al mukhaladhoh atau pengamatan. Kita harus tahu potensi yang dimiliki oleh setiap anak dan menggali serta mengembangkan potensi tersebut ke arah yang baik. Dan terakhir adalah al uqubah atau hukuman. Bila anak melakukan kesalahan beri mereka hukuman yang mendidik dan mendewasakan.
Ust. Drs. H. Waharjani, M. Ag
(disampaikan dalam buka bersama Direktur di TPA Aisyiah Al Ukhuwah, Karanganyar)

tips mencerdasian mental anak

Orang tua mana yang tak ingin memiliki anak yang cerdas. Setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya bisa tumbuh dengan baik, sehat, dan cerdas. Namun, seringkali kecerdasan hanya dihubungkan dengan prestasi akademis di sekolah saja. Padahal, kecerdasan yang sebenarnya tidak sesempit itu. Kecerdasan mecakup aspek yang lebih luas lagi, meliputi kecerdasan intelegensia/Intelligence Quotient (IQ), kecerdasan emosional/Emotional Quotient (EQ), kecerdasan spiritual/Spiritual Quotient(SQ), dan kecerdasan adversitas/Adversity Quotient (AQ).

Pada tulisan kali ini, kami akan sedikit memberikan tips yang berkaitan dengan kecerdasan adversitas (AQ) seorang anak, yaitu kecerdasan mental seorang anak. Anak-anak yang mentalnya kurang kuat misalnya anak-anak yang mudah menyerah, cengeng, motivasi dan daya juangnya untuk berprestasi kecil, dan labil (mudah tergoda), bisa dibilang kecerdasan mentalnya (AQ) kurang. Kemampuan dan kegigihan seseorang dalam menghadapi segal kesukaran salah satunya diukur dengan kecerdasan AQ ini. Kecerdasan AQ ini tentu juga sangat penting dalam menentukan keberhasilan seorang anak nantinya.

Lalu, hal-hal apa saja yang bisa dilakukan orang tua untuk mengantisipasi lemahnya kecerdasan mental anak? Berikut tips yang bisa dilakukan untuk mencerdaskan mental anak Anda :

1. Bangun dan ajarkan kecerdasan adversitas (AQ) ini sedini mungkin, sejak masa kanak-kanak.
Dengan melakukannya sedini mungkin, akan lebih mudah membentuk kecerdasan dan mental juang seorang anak. Tentunya, juga harus disesuaikan dengan kondisi dan usia si anak.

2. Hindari tindakan-tindakan yang otoriter dan terlalu memaksa untuk alasan apapun.
Tindakan seperti ini tidak akan memberikan dampak yang positif, justru sebaliknya.

3. Bangun motivasi dan optimisme anak
Ajari anak untuk selalu berpandangan dan bersikap positif. Sikap positif ini tentu amat berpengaruh bagi anak setiap mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya nanti. Misalnya dalam melakukan sesuatu katakanlah “cobalah dulu nak, ini tak sesulit yang kamu bayangkan. Ayah/Ibu yakin kamu pasti bisa.”

Anak yang diajarkan motivasi dan optmisme, akan tumbuh menjadi pribadi yang produktif, memiliki semangat dan kemauan untuk belajar, serta tampil menjadi pribadi yang berani mengambil resiko.

4. Melatih anak dalam memilih dan menentukan
Ajari anak Anda untuk berani bersikap dan menentukan pilihan. Misalnya dalam memilih mainan, tuntun anak untuk bisa menentukan satu mainan saja yang memang dibutuhkannya. Ajari pula untuk memberikan penjelasan dan menganalisa setiap pilihannya, sehingga anak bisa bertanggung jawab atas pilihannya itu.

5. Latih anak untuk bisa menghadapi kesulitan
Dalam kehidupan ini, pasti akan ditemui berbagai macam kesulitan. Yang perlu ditekankan adalah bagaimana agar bisa tumbuh sikap mental yang gigih dan tak mudah menyerah saat menghadapai hambatan dan berbagai macam masalah.

Jangan ajarkan anak ketergantungan. Biarkan anak mencoba sendiri terlebih dahulu menyelesaikan kesulitannya.
Caranya dengan mengasah panca indera anak. Contoh: bila si anak ingin memiliki sesuatu, ajari anak berpikir bagaimana mendapatkannya dengan cara-cara yang baik tentunya. Hal ini secara tidak langsung akan mengasah indera anak untuk siap menghadapi kesulitan.

6. Latihan menganalisa kegagalannya
Saat seorang anak mengalami kegagalan, jangan mengecam atau mengejeknya dengan kata-kata yang pedas. Tapi, ajari anak agar bisa menganalisa mengapa ia bisa gagal (introspeksi). Biarkan anak mencari sendiri jawabannya. Dengan demikian si anak akan tahu apa masalah yang sebenarnya dan bagaimana jalan keluarnya.

7. Orang tua harus menjadi contoh (raw model)
Orang tua merupakan cermin bagi anak. Bila Anda tidak memilliki sikap yang lemah mentalnya, tidak mudah menyerah, selalu berpandangan positif, tentu anak akan meniru apa yang biasa dilihatnya sehari-hari, yaitu sikap-sikap positif Anda.



Read more: http://informasitips.com/tips-mencerdaskan-mental-anak#ixzz13Rwnicwh
http://informasitips.com

cara bercerita ke anak tpq/tpa

1. “KISAH ASHABUS SABT”
Tips Membuka cerita :
pada-Mu Rabbiy kami mengabdi
Pada-Mu Rabbiy kami memuji
pada-Mu Rabbiy kami berjanji
Bagi-Mu Rabbiy Jiwa raga kami
(Dengan segala hormat, kepada pencipta lagu PADAMU NEGERI, saya ubah syair lagu padamu negeri disesuaikan dengan nilai dan Aqidah Islam, agar anak-anak kami tidak keliru keyakinan hidup)
Siapa yang pernah melihat orang marah?
mengapa ia marah? bagaimana ia marah?
Siapa yang pernah melihat ayah atau ibumu marah?mengapa ia marah?bagaimana ia marah?bagaimana perasaanmu?
Siapa yang pernah melihat pak polisi marah kepada penjahat?
Pernahkah kalian mendengar cerita tentang Allah yang marah?
Wah ini cerita pasti luar biasa? kepada siapa Allah marah? Mengapa Beliau marah?
Cerita:
Sebuah desa di tepi laut. Dihuni orang-orang  keturunan Nabi Israil. Bani Israil. Mata pencaharian penduduk itu menangkap ikan di lautan. Setiap hari mereka bersiap diri, jaring, dan perahu untuk menangkap ikan sebanyak mungkin. Kala mereka pulang membawa ikan yang banyak, wajah-wajah istri dan anak mereka ceria bukan main. Gembira ria atas keberuntungan itu. Beda sekali dibandingkan ketika mereka pulang dengan tangan hampir hampa. Ketika hanya beberapa ekor ikan yang masuk di jaring mereka. Wajah kuyu dan tersirat kekecewaan.
Kecuali hari sabtu. Hari yang lain mereka boleh mencari ikan. Hari Sabtu khusus untuk beribadah, haram bekerja. Barangsiapa nekat bekerja maka ia berdosa dan diancam akan mendapat siksa.
Allah menguji keimanan mereka. Pada hari Sabtu ikan-ikan bermunculan di permukaan. Ikan-ikan itu terapung-apung seolah menari-nari. Seakan-akan ikan-ikan itu menggoda agar ditangkap. Sedangkan pada selain hari Sabtu ikan-ikan jarang bermunculan. Seolah-olah ikan-ikan itu sengaja bersembunyi.
Iman sebagian penduduk desa goyah. Ada yang tetap mentaati perintah Allah untuk tidak menangkap ikan di hari Sabtu. Ada yang berusaha mencari cara agar bisa menangkap ikan yang bermunculan di hari Sabtu itu. Setan berusaha membisiki sebagian penduduk desa itu agar tidak kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ikan yang banyak.
Namun, sebetulnya dalam hati sebagian penduduk itu juga merasa takut melanggar perintah Allah. Mereka berpikir. Mencari akal. Bagaimana caranya agar tetap dapat ikan tapi tidak bisa disalahkan? Pikiran yang culas ditambah bisikan setan menghasilkan cara itu. Mereka pasang jerat di hari Jum’at, untuk mereka ambil hasil tangkapannya di hari Ahad. Hari Sabtu mereka tetap tidak melaut. Seolah tidak bekerja dan tetap mengkhususkan hari untuk beribadah.  Dengan cara itu mereka menyangka tidak akan termasuk orang yang melanggar pantangan Allah. Ya mereka merasa aman.
Rupanya penduduk kampung itu terbagi dalam tiga golongan. Satu golongan yang melampaui batas dan durhaka, yang berani menangkap ikan di hari Sabtu. Golongan kedua orang saleh yang mau menasihati saudaranya yang bermaksiyat. Golongan ketiga orang yang berdiam diri melihat kemungkaran, mereka ini justru mencela orang saleh yang memberi nasehat dan tidak mencela orang-orang yang berbuat mungkar. Orang-orang saleh itu berharap dengan memberi nasehat itu orang yang berbuat mungkar akan takut pada Allah dan menghentikan perbuatan durhakanya.
Namun, ternyata orang-orang yang durhaka itu tetap pada pendiriannya. Mereka enggan menyadari kesalahannya. Bahkan merasa benar cara dengan yang ditempuhnya. Nasihat itu tidak mampu menghentikan keinginan yang kuat untuk mendapatkan ikan yang menari-nari itu. Nasihat itu justru terasa jadi pengganggu. Mereka merasa rugi jika kehilangan kesempatan mendapat rezeki yang berlimpah di hadapannya. Akan tetapi sesungguhnya mereka telah melanggar syariat Allah.
Hari kebenaran itu datang. Allah mengutuk orang-orang yang durhaka itu. Mereka dirubah jadi monyet yang hina. Hewan yang menggambarkan kerakusan mereka. Tidak ada yang dapat menolak akan titah-Nya. Jika Allah berkehendak maka terjadilah. Wujud mereka berubah menjadi monyet.
(naskah Cerita dari Nurul Ummu Muzhafar/Buletin fahma Fahma)
Tips Menutup Cerita:
Anak-anak camkan nasehat bu guru ini
Allah akan marah dan tidak akan memaafkan satu dosa kesalahan yaitu syirik, Setelah dosa syirik dosa yang membat Allah jengkel
Allah juga sangat marah kepada adalah apabila melihat ada seorang anak durhaka kepada ayah &  ibunya
Jika kita takut pada harimau maka menjauhlah dari harimau
tetapi jika engkau takut pada Allah, justru kita harus mendekat pada Allah, pasti Allah sayang sekali dan banyak hadiah untuk kita
Hafalkan ayat ini (QS al Isra )
“in ahsantum ahsantum lianfusikum, wain asya’tum falaha “
(jika kalian berbuat baik maka kebaikan itu akan kembali pada ku, jika berbuat buruk akibat buruknya akan kembali untuk kalian sendiri)
2. “NABI NUH DAN         KAPAL BESAR”
Membuka Cerita:
Nah…… Adik-adik, apakah semua sudah siap untuk mendengarkan cerita ? kali ini Ustadz akan menceritakan kisah perjuangan salah seorang Nabi dalam mendakwahkan Islam di jalan Alloh. Betapa bersemangatnya para utusan Alloh dalam menyampaikan kebenaran, walau mereka harus berkorban apa saja termasuk nyawa mereka. Cerita yang Ustadz bawakan yaitu adalah kisah Nabi Nuh alaihissalam.
(Mulailah dengan suara tetabuhan gendang, terompet serta tarian)
Di negri Armenia, penduduknya terenal ahli dalam membuat patung.(peragakan seseorang yang sedang memahat dengan posisi duduk, berdiri serta mengamati patung buatannya) Mereka membuat patung mirip dengan para tokoh yang telah meninggal. Dalam mengagumi tokoh-tooh itu mereka sangat berlebihan, sehingga kesempatan inilah digunakan Iblis mempengaruhi pikiran mereka. ” Sekarang hormatilah patung – patung itu, muliakanlah mereka ” bisik iblis dalam hati orang – orang Armenia ( ilustrasikan suara iblis yang bengais dan licik). Patung – patung tersebut mulai disembah dan diberi sesaji. Kadang – kadang iblis masuk kedalam patung tersebut dan membuatnya seolah – olah mendengar permintaan dari pemujanya. Inilah peristiwa penyembahan patung yang pertama di dunia. (Perlu penegasan dalam pengucapannya : “inilah peristiwa…dst)
Ditengah keadaan masyarakat yang rusak inilah Nabi Nuh diutus oleh Alloh mendakwahkan Islam kepada bangsa Armenia. “Mengapa kalian menyembah patung – patung itu? bukankah itu buatan kalian sendiri?” Tanya Nabi Nuh (ilustrasikan sosok dan suara seorang laki-lai yang tenang berwibawa)
“Ya… benar. Tapi selama ini ….. nenek moyang kami telah melakukan hal ini. Kami tak mau meninggalkan tradisi Nenek moyang “Kata salah seorang pemimpim mereka
“Ya..ya.. benar…benar!! tambah yang lainnya (ilustrasikan suara orang banyak bersahutan menimpali perkataan sebelumnya)
“Ingatlah kaumku! Alloh adalah pencipta segalanya…Dia lah pencipta manusia, bumi beserta isi serta penghununya, benda-benda langit dan bahkan alam semesta, Sedangkan Tuhan kalian itu ada setelah alam dan seisinya tercipta. Benar bukan? kata Nabi Nuh.
“Hai Nuh! cukup sudah ocehanmu…dan Jangan menasehati kami lagi, kami tak akan peduli ” teriak salah seorang dari mereka. (Ilustrasikan gerak seorang lelaki berkacak pinggang, kemudian menunjuk ke arah wajah nabi Nuh, serta dengan suara kasar)
Begitulah para penduduk Armenia yang sangat keras hatinya, bahkan ada yang menganggap Nabi Nuh itu adalah orang gila yang bicara semaunya sendiri.bahkan Istri Nabi Nuh dan putranya yang bernama Kan’an pun memilih untuk mengikuti kebiasaan penduduk Armenia. (Narasi ini lebih baik disamapaikan dalam nyanyian)
Dengan sabar Nabi Nuh terus menasehati mereka. alhamdulillah masih ada yang mau mengikuti seruan Nabi Nuh, meskipin sangat sedikit dan kebanyakan mereka dari kalangan orang miskin.
Penduduk Armenia yang berkuasa dan kaya raya suka sekali mengina mereka. “Itulah akibat menyembah Tuhan sembahan Nuh. Hidup kalian menjadi susah…he he he, Lihat kami……!! semua kaya raya dan punya kekuasaan ha.. ha.. ha.. ” kata orang Armenia dengan sombong.
Merasa kaya raya dan berkuasa, para pembesar Armenia pun terus menghina dan menyakiti Nabi Nuh dan pengikutnya. Belum puas menyiksa orang orang yang beriman, kaum Armenia mengusir Nabi Nuh dan pengikutnya. “Hai…. Nuh dan kalian yang mengikuti Nuh, kalian harus pergi dari negri ini, kalian tak pantas berada di sini, cepat pergi!” teriak mereka, bahkan mereka melempari nabi Nih beserta pengikutnya dengan batu.
“Ya.. Alloh, aku telah di aniaya oleh mereka, mereka tidak mau diajak beriman dan menyembah- Mu. Tolong aku dan pengikutku dengan pertolongan sebaik – baiknya ” ucap Nabi Nuh dalam doanya kepada Alloh.(Ilustrasikan gerak seseorang yang duduk bersimpuh, menengadahkan tangan kemudian bersujud)
Alloh mendengar doa nabi Nuh yang teraniaya. mak diutuslah Malaikat Jibril kepada Nabi Nuh untuk menyampaikan sebutir biji tanaman dari surga. kemudian nabi Nuh diperintahkan untuk menanam pohon yang bijinya dibawa Jibril dari surga. (Tirukan gerak malaikat Turun ke Bumi dengan tangan membawa biji pohon pilihan dari Surga)
Beberapa tahun kemudian pohon tersebut menjadi semakin tinggi dan besar. lebih tinggi dan lebih besar daripadapepohonan yang ada di Armenia selama ini, sehingga orang – orang pun takjub melihatnya. namun anehn, selama pohon itu tumbuh tidak ada bayi yang lahir di Armenia.
Dan….Jibril datang lagi pada Nabi Nuh untuk menyampaikan perintah dari Alloh agar membuat kapal dari pohon tersebut. Pengikut nabi Nuh pengikutnya kebingungan karena memang belum pernah melihat, apalagi membuat kapal.(ekspresikan wajah dan gerak-gerik kebingungan umat nabi Nuh seperti dengan melongo, bertanya atau garuk-garuk kepala dsb…)
“Tenanglah….. Alloh akan memberikan petunjuk – Nya kepada kita, “sabda Nabi Nuh.
Ketika orang-orang Armenia melihat pembuatan kapal tadi mereka terheran-heran “Hei…. Lihat! Orang – orang dungu itu sedang membuat apa? teriak mereka dengan nada menghina. “Ha.. ha… ha… Nuh akan membuat kapal? Di sini tak ada laut dan sungai. Aneh sekali ha.. ha… ha.. sambung yang lain. (terkekeh-kekeh sambil memegangi perutnya)
Walau selalu di nasehati dan diingatkan dengan ancaman azab Alloh mereka tidak menjadi takut, bahkan tingkah laku mereka semakin menjadi jadi, bahkan mereka menantang nabi Nuh untuk mendatangkan azab tersebut.
Setelah kapal selesai, Alloh memerintahkan untuk mengumpulkan dan memasukkan binatang – binatang sepasang jantan dan betina ke dalam kapal. (ilustrasikan secara detail proses masuknya para binatang tersebut dan tirukan suara-suara binatang secukupnya, boleh dengan meminta anak-anak menyebutkan binatang apa saja yang masuk ke dalam kapal)
“Lihat mereka naik kapal. Mau berlayar kemana di padang luas seperti ini? Ha… ha… ha… teriak orang – orang Armenia sambil tertawa keras.
Mereka tak sadar bahwa langit mendadak gelap angin bertiup kencang,…. menderu – deru dan petirpun menggelegar. Tak lama kemudian turunlah hujan lebat dan dari tanah bermunculan mata air yang dengan deras memancarkan air….airpun pasang mulai menenggelamkan rumah-rumah mereka “Tolooong….. tolooooong ada banjir. Toloong…….”Teriakan para penduduk Armenia kebingungan.
Selama 40 hari 40 malam hujan terus menerus.. Banjir telah menenggelamkan rumah – rumah, pohon, bahkan dataran tinggi seperti bukit dan gunung juga ikut tenggelam.
Disebuah dataran tinggi nabi Nuh melihat putranya Kan’an, maka nabi Nuh berteriak…”Kan ‘an ! ..Kan’an anakku, ayo…. naik…naik…Ikutlah ayah naik kapal ini. berhentilah ingkar kepada Allah dan jangan ikuti orang – orang kafir itu “teriak nabi Nuh penuh harap kepada anaknya.
“Aku mau kepuncak gunung… Disana aku akan selamat dari bahaya banjir! “jawab Kan’an dengan sombong.
Tak lama kemudian Nabi Nuh dengan perasaan menyaksikan sendiri anak yang di cintainya lenyap ditelan air. Nabi Nuh sangat sedih.
Nah adik-adik, ketika banjir benar telah surut, maka Alloh memerintahkan agar Nabi Nuh beserta pengikutnya untuk mendaratkan kapal tersebut di pegunungan juddy (peragakan ucapan-ucapan syukur umat nabi Nuh dan para binatang dengan kalimat thayyibah, suara binatang, sujud syukur, bahkan tetesan air mata) kemudian mereka meninggalkan kapal dan memulai hidup baru didaratan. Semua bersyukur kepada Alloh dan mulai membangun perkampungan baru. Mereka hidup dengan tentram, senang dan damai karena semua beriman kepada Alloh. Nah tahukah adik-adik semua? bahwa Nabi Nuh telah dengan sabar mendakwahkan Islam kepada kaumnya selama 950 tahun. Demikian cerita dari ustadz. InsyaAlloh Ustadz akan ceritakan kisah para Nabi dan Utusan Alloh yang lain.
Menutup Cerita :
Untuk evaluasi dan kristalisasi pesan tersebut, ada baiknya anak-anak diajak untuk membuat lukisan kapal nabi nuh beserta muatannya kemudian Akhiri dengan kalimat peneguh “Siapa yang baik selalu bernasib baik, siapa yang berbuat buruk akan bernasib buruk!
3. “TIADA KATA PUTUS ASA UNTUK BERTAUBAT
Pembuka Cerita
Ayo mendekat-ayo mendekat dengar nasehat
Nasehat indah-nasehat indah dalam hikayat
Cepat-cepat semua mendekat
Cepat-cepat jangan terlewat (lagu lingkaran kecil-besar)
Anak-anak ada cerita hebat dari Nabi Muhammad, Beliau sangat ingin kita dapat mengambil pelajaran dari kisah ini. Supaya kita tidak mengulangi perbuatan salah dan dosa seperti umat terdahulu. Karena Beliau penuh kasih sayang Nabi  kepada kita, supaya kita mengikuti petunjuk yang benar.
Nabi mengisahkan, ada seorang laki-laki yang telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Kemudian dia menyadari dan menyesali perbuatannya. Hatinya selalu gelisah. Dia merasa risau dan gundah atas dosanya. Hatinya  tergerak untuk membersihkan dosa-dosanya. Maka dia ingin mengadukan permasalahannya kepada seorang alim. Lalu dia berusaha mencari orang alim. Akhirnya dia bertemu seorang rahib, yaitu pendeta (ahli ibadah) dari Bani Israil. Dia bertanya, “Sesungguhnya saya telah membunuh sembilan puluh sembilan orang. Apakah jika saya bertaubat akan diampuni?”   Pendeta itu menjawab, “Tidak!” Mendapat jawaban ‘tidak’ dari pendeta itu, dia sangat kecewa. ‘Mengapa tidak ada kesempatan untuk bertaubat?’ batinnya. Maka dengan diliputi rasa putus asa pendeta itupun dibunuhnya. Jadi genaplah sudah, dia telah membunuh seratus orang.
Namun, rupanya dalam hati kecilnya masih ada harapan untuk bisa bertaubat. Maka dia berusaha mencari orang alim yang lainnya. Dia berharap akan mendapatkan jawaban yang akan melegakan hatinya. Akhirnya dia bertemu dengan orang alim yang lain. Dia bertanya, “Sesungguhnya saya telah membunuh seratus orang, apakah jika saya taubat, akan diampuni?” Orang alim itu menjawab, “Ya. Jika kamu sungguh-sungguh bertaubat maka akan diampuni oleh Allah.” Betapa senangnya dia. Harapannya untuk taubat terpenuhi. Kemudian orang alim itu memberi nasihat, “Pergilah kamu ke kampung seberang  (sebut saja kampung shalih), karena di sana kamu akan bertemu dengan orang-orang shalih yang menyembah Allah Ta’ala. Maka sembahlah Allah dan beribadahlah kepada Allah bersama mereka. Kamu jangan pulang ke kampungmu. Karena kampungmu adalah tempat yang jelek.”
Dengan mantap dan penuh harapan di hatinya, dia pun berangkat menuju kampung shalih. Dia sudah tidak ingin kembali ke kampungnya lagi. Namun ketika baru sampai separuh perjalanan, dia meninggal dunia. Kemudian terjadilah pertengkaran antara malaikat rahmat dan malaikat azab. Karena laki-laki itu baru menempuh separuh perjalanan. Apakah ia termasuk orang yang diterima taubatnya ataukah tidak? Karena dia belum sampai ke kampung shalih untuk memperbaiki diri dan menyembah Allah bersama penduduk kampung shalih itu.
Malaikat Rahmat berkata, “Dia datang dalam keadaan bertaubat sepenuh hatinya kepada Allah ta’ala. Tentu ia termasuk sebagai hamba yang diterima taubatnya.” Namun Malaikat Azab mendebat dengan alasan, “Sesungguhnya dia belum melakukan kebaikan sama sekali. Berarti ia belum membuktikan amalannya berubah baik.” Lalu ada malaikat lain yang mendatangi mereka dengan menyamar sebagai manusia. Akhirnya mereka menjadikannya sebagai penengah atau hakim. Malaikat penyamar itu berkata, “Ukurlah jarak antara dua daerah ini. Kemana dia lebih dekat jaraknya, maka dia masuk ke daerah tersebut.”
Mereka pun mengukur. Ternyata jaraknya lebih dekat dengan kampung shalih  satu jengkal. Maka dia tergolong sudah masuk ke kampung shalih. Tanda taubatnya diterima. Lalu malaikat rahmat yang mengurusinya.
Subhanallah. Sungguh. Allah Maha Pengampun. Walau dosa-dosa hambanya sangat besar, jika hambanya sungguh-sungguh bertaubat, Allah akan mengampuni dosa-dosanya.   Nurul Ummu Nabila / Fahma
Catatan:
Perlu visualisasi tokoh yang kuat untuk karakter pembunuh ini, seperti wajah, tubuh, warna kulit, rambut, sorot mata bahkan suara,seramnya.
Tekankankan pada dialog batiniah tokoh tersebut, sehingga tertanam dalam pikiran dan perasaan anak-anak bahwa berdosa adalah menyakitkan, hati resah dan harus dibersihkan. Manusia adalah tempat salah dan lupa, namun sebaik-baik orang yang berdosa yaitu mereka yang mau bertaubat, dan Allah sangat merindukan ucapan taubat kita

tips mencerdasian mental anak


informasitips.com – Orang tua mana yang tak ingin memiliki anak yang cerdas. Setiap orang tua tentu mengharapkan anak-anaknya bisa tumbuh dengan baik, sehat, dan cerdas. Namun, seringkali kecerdasan hanya dihubungkan dengan prestasi akademis di sekolah saja. Padahal, kecerdasan yang sebenarnya tidak sesempit itu. Kecerdasan mecakup aspek yang lebih luas lagi, meliputi kecerdasan intelegensia/Intelligence Quotient (IQ), kecerdasan emosional/Emotional Quotient (EQ), kecerdasan spiritual/Spiritual Quotient(SQ), dan kecerdasan adversitas/Adversity Quotient (AQ).

Pada tulisan kali ini, kami akan sedikit memberikan tips yang berkaitan dengan kecerdasan adversitas (AQ) seorang anak, yaitu kecerdasan mental seorang anak. Anak-anak yang mentalnya kurang kuat misalnya anak-anak yang mudah menyerah, cengeng, motivasi dan daya juangnya untuk berprestasi kecil, dan labil (mudah tergoda), bisa dibilang kecerdasan mentalnya (AQ) kurang. Kemampuan dan kegigihan seseorang dalam menghadapi segal kesukaran salah satunya diukur dengan kecerdasan AQ ini. Kecerdasan AQ ini tentu juga sangat penting dalam menentukan keberhasilan seorang anak nantinya.

Lalu, hal-hal apa saja yang bisa dilakukan orang tua untuk mengantisipasi lemahnya kecerdasan mental anak? Berikut tips yang bisa dilakukan untuk mencerdaskan mental anak Anda :

1. Bangun dan ajarkan kecerdasan adversitas (AQ) ini sedini mungkin, sejak masa kanak-kanak.
Dengan melakukannya sedini mungkin, akan lebih mudah membentuk kecerdasan dan mental juang seorang anak. Tentunya, juga harus disesuaikan dengan kondisi dan usia si anak.

2. Hindari tindakan-tindakan yang otoriter dan terlalu memaksa untuk alasan apapun.
Tindakan seperti ini tidak akan memberikan dampak yang positif, justru sebaliknya.

3. Bangun motivasi dan optimisme anak
Ajari anak untuk selalu berpandangan dan bersikap positif. Sikap positif ini tentu amat berpengaruh bagi anak setiap mengambil keputusan-keputusan penting dalam hidupnya nanti. Misalnya dalam melakukan sesuatu katakanlah “cobalah dulu nak, ini tak sesulit yang kamu bayangkan. Ayah/Ibu yakin kamu pasti bisa.”

Anak yang diajarkan motivasi dan optmisme, akan tumbuh menjadi pribadi yang produktif, memiliki semangat dan kemauan untuk belajar, serta tampil menjadi pribadi yang berani mengambil resiko.

4. Melatih anak dalam memilih dan menentukan
Ajari anak Anda untuk berani bersikap dan menentukan pilihan. Misalnya dalam memilih mainan, tuntun anak untuk bisa menentukan satu mainan saja yang memang dibutuhkannya. Ajari pula untuk memberikan penjelasan dan menganalisa setiap pilihannya, sehingga anak bisa bertanggung jawab atas pilihannya itu.

5. Latih anak untuk bisa menghadapi kesulitan
Dalam kehidupan ini, pasti akan ditemui berbagai macam kesulitan. Yang perlu ditekankan adalah bagaimana agar bisa tumbuh sikap mental yang gigih dan tak mudah menyerah saat menghadapai hambatan dan berbagai macam masalah.

Jangan ajarkan anak ketergantungan. Biarkan anak mencoba sendiri terlebih dahulu menyelesaikan kesulitannya.
Caranya dengan mengasah panca indera anak. Contoh: bila si anak ingin memiliki sesuatu, ajari anak berpikir bagaimana mendapatkannya dengan cara-cara yang baik tentunya. Hal ini secara tidak langsung akan mengasah indera anak untuk siap menghadapi kesulitan.

6. Latihan menganalisa kegagalannya
Saat seorang anak mengalami kegagalan, jangan mengecam atau mengejeknya dengan kata-kata yang pedas. Tapi, ajari anak agar bisa menganalisa mengapa ia bisa gagal (introspeksi). Biarkan anak mencari sendiri jawabannya. Dengan demikian si anak akan tahu apa masalah yang sebenarnya dan bagaimana jalan keluarnya.

7. Orang tua harus menjadi contoh (raw model)
Orang tua merupakan cermin bagi anak. Bila Anda tidak memilliki sikap yang lemah mentalnya, tidak mudah menyerah, selalu berpandangan positif, tentu anak akan meniru apa yang biasa dilihatnya sehari-hari, yaitu sikap-sikap positif